Kronologi Perempuan Tumpang Pitu Melawan Tambang PT.BSI
Aksi perlawanan perempuan Tumpang
Pitu, berlangsung dari tangga 4 Maret 2017 , semakin hari masa aksi
semakin berlipat ganda. Banyak warga sekitar Tupang pitu yang
bersoladiras dalam aksi ini.
Pada tanggal 9-10 maret adalah
puncak aksi yang dilakukan warga sekitar Tumpang Pitu. Berikut kami sampaikan
Kronologi Aksi “Perlawanan Perempuan Tumpang Pitu” yang disusun oleh Tim
Forbanyuwangi dan ForKOMM.
Kamis 9 Maret 2017
Pagi hari sekitar pukul 08.00 wib
Kami menuju warga yang sedang melakukan aksi demonstrasi “Tolak Tambang
Emas Tumpang Pitu”, aksi yang dilakukan warga adalah memblokade pemasangan
kabel litrik untuk memfasilitasi PT. BSI. Lokasi aksi ini dilakukan di sebelah
Pertambangan PT. BSI tepatnya di timur rumah makan “Tumpit”.
Pukul 09.40 wib, Jalan menuju lokasi aksi diblokade oleh pihak aparat dan warga yang melintas menuju pulau merah dialihkan. “Kenapa jalan di blokade dan di alihkan pak?” Tanya Sunan (Forkomm) kepada salah satu Polisi yang berjaga. “Ada penanaman kabel PLN mas.” Jawab polisi tersebut. Setelah itu Tim mengambil jalan memutar untuk menuju warga yang sedang melakukan aksi demonstrasi penolakan pengerukan dan penanaman kabel yang diperuntukkan untuk menunjang produksi tambang PT. BSI di Gunung tumpang pitu.
Pukul 09.40 wib, Jalan menuju lokasi aksi diblokade oleh pihak aparat dan warga yang melintas menuju pulau merah dialihkan. “Kenapa jalan di blokade dan di alihkan pak?” Tanya Sunan (Forkomm) kepada salah satu Polisi yang berjaga. “Ada penanaman kabel PLN mas.” Jawab polisi tersebut. Setelah itu Tim mengambil jalan memutar untuk menuju warga yang sedang melakukan aksi demonstrasi penolakan pengerukan dan penanaman kabel yang diperuntukkan untuk menunjang produksi tambang PT. BSI di Gunung tumpang pitu.
Sampai di lokasi aksi kami
melihat ada beberapa meter lubang yang digali oleh “Bego” dan puluhan warga
(mayoriras adalah perempuan) yang dihadang oleh ratusan aparat kepolisian
menggunakan tameng polisi. Puluhan warga rata-rata bertopi layaknya yang
sering mereka pakai di sawah, tanpa sepatu, beberapa ada yang memakai
sandal dan ada pula yang tidak, mereka duduk bergerombol menduduki tanah yang
akan di keruk oleh alat besar yang mereka sebut “BEGO”.
Pukul 11.29 wib Peserta aksi
memakan konsumsi yang telah warga siapkan sendiri sebelumnya, menyiapkan dengan
gotong royong ala warga. “Sabar sek, magicome cuma sitok dadi adange gantian,
seng gurung entok sabar sek. ( sabar dulu tempat menanak nasinya cuma satu jadi
gantian, yang belum dapat sabar dulu)” celetuk salah satu suami dari ibu yang
sedang aksi tersebut.
Pukul 13.00 wib. Setelah makan
bersama warga kemudian bersiap siap, karena “BEGO” mulai menuju lokasi
yang diduduki warga. Warga tetap tidak mampu menghadang jalannya “BEGO” karena
warga di blokade oleh aparat, dengan kondisi duduk bersimpuh, adapula yang
menjulurkan kakinya melewati benteng aparat guna menghadang jalannya “BEGO”
saat melakukan pengerukan, Terjadi saling dorong antara aparat dan warga.
Aparat mendesak warga yang mayoritas adalam perempuan untuk menjauhi
lokasi yang akan digali.
Akhirnya area yang diduduki
para perempuan tumpang pitu pun dapat digali. Akibat saling dorong dengan
Aparat kepolisian warga terjepit dan basah karena masuk ke got.
Pukul 13.00 wib Warga terbagi dua
dengan ada yang bertahan di lokasi pertama, dan ada yang berada dilokasi kedua
(timur lokasi pertama) karena ada 2 “BEGO” yang di oprasikan untuk menggali
tanah. Saat 2 “BEGO” yang berada di lokasi kedua mulai akan menjalankan
pengerukan, secara bersama sama warga menghadang dan kemudian menghentikan laju
“BEGO” tidak hanya ibu ibu, para laki laki bahkan anak kecil turut terlibat
dalan penghadangan tersebut.
Aparat kepolisian memblokade
warga dan melanjutkan penanaman kabel, warga yang sadar atas pengalihan yang
dilakukan oleh aparat langsung mencoba kembali ke lokasi 1 dan ratusan warga
(ibu ibu, anak anak kecil, laki laki) secara spontan melompat kedalam lubang
galian kabel sedalam kurang lebih 2m, sambil menangis dan bersholawat mereka
mencoba bertahan agar supaya kabel tidak dimasukkan.
Terdengar suara tangis para
perempuan yang berada dalam galian kabel.
Warga tetap bertahan didalam
galian sampai malam.
Ppukul 19.00 wib aparat sebagian
pulang meninggalkan lokasi dan warga tetap bertahan dengan tidur diatas terpal
dekat lubang galian.
Jum’at 10 Maret 2017
Setelah melakukan perlawanan
seharian pada hari kamis, malamnya warga manginap di depan bengkel tepatnya di
atas lubang galian, ada bapak bapak, ibu ibu, anak anak kecil bahkan ada juga
ibu yang sedang hamil usia 5 bulan.
Perjuangan warga Tumpang pitu
dilanjutkan pada hari jumat 10 Maret 2017,
Pukul 07.00 wib Aparat gabungan
kepolisian, TNI, Satpol PP, dengan Estimasi personil kurang lebih 1000
personil yang diturunkan. Melihat kedatangan aparat tersebut warga terutama
Perempuan masuk ke lubang yang memiliki kedalaman hampir 2m, tanpa alat
pengaman.
Pukul 08.00 wib aparat mulai
mendampingi pihak PLN dan BSI untuk melanjutkan pengerukan jalan dan penanaman
kabel listrik guna memperlancar produksi Penambangan emas di Gunung tumpang
pitu.
Pukul 09.00 wib Aparat
menghampiri warga dan mengusir paksa warga dengan mendorong para warga (laki
laki) yang mengamankan istrinya di lubang hingga warga (laki laki) tersebut terpental
jatuh dan tersungkur akibat dorongan pihak aparat, karena jumlah Pria yang
lebih sedikit dari Aparat Kepolisian, pihak kepolisian dengan mudah
menyingkirkan.
Warga (Laki-Laki) tetap
bertahan bertahan, warga tetap menjaga diri untuk tidak melakukan tindakan
anarkis. Terdengar suara bentakan dari pihak aparat untuk melarang warga
melakukan perekaman maupun memotret tindakan yang dilakukan aparat.
Setelah warga (laki laki) dapat
di evakuasi, puluhan polwan turun ke galian dan memaksa warga perempuan peserta
aksi untuk naik ke atas dengan cara di bopong, ditarik, dan diseret dari atas
oleh aparat kepolisian. aat warga bisa disingkirkan para aparat tersebut
malah bersorak sorai merayakan kemenangan, sungguh tragis. Setelah warga
dapat di evakuasi, penggalian dan penanaman kabel tetap dilanjutkan dengan
pengawalan ketat dari aparat.
Tidak sedikit warga yang luka
luka karena tindakan aparat, baik laki laki maupun perempuan, Warga banyak yang
mengalami lebam pada tubuhnya,ada 3 warga (semuanya perempuan) yang dibawa
ke Puskesmas terdekat karena kejadian tersebut, dari ketiga warga yang di
bawa ke puskesmas, 2 orang boleh langsung di bawa pulang dan 1 orang korban
harus rawat inap.
Pukul 14.00 wib warga mengunjungi
temannya yang menjadi korban yang sedang dirawat di rumah sakit di wilayah
pesanggaran, bentuk solidaritas tersebut ditutup dengan membentangkan spanduk
bertuliskan “KAMI KORBAN TAMBANG” lalu setelah itu warga membubarkan diri dan
kembali ke rumahnya masing masing dengan kondisi kelelahan.[]
No comments