Teknologi Sinar Lampu Mendorong Produktivitas Buah Naga

Malam Hari: Bola lampu dinyalakan untuk menyinari pohon buah naga, satu lampu digunakan untuk menyinari dua pohon buah naga.

Mengembangkan suatu daerah akan menjadi lebih mudah dan efisien apabila dapat memanfaat potensi lokal yang ada di daerah tersebut. Hal itu berkaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada setiap daerah. Dengan mengacu pada RTRW diharapkan pengembangan wilayah tersebut dapat menjaga integritas nasional, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sector, serta keharmonisan antar lingkungan alam dengan lingkungan buatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menurut RTRW Kabupaten Banyuwangi tahun 2012 samapai 2032 memiliki potensi pengembangan wilayah di sektor pertaniannya, selain di sector perkebukan, kehutanan, perternakan, perikanan, dan pariwisata. Di beberapa kecamatan seperti Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, dan Purwoharjo misalnya, terdapat banyak petani yang menanam tanaman pangan buah. Di empat kecamatan tersebut mayoritas buah yang ditanam adalah buah jeruk dan buah naga. Namun yang menjadi unik adalah penanaman buah naga. Buah tersebut tidak hanya ditanam di ladang atau sawah. Namun di pekarangan atau halaman rumah banyak ditanami tersebut. Sebagai tanaman hias rumah dan juga tanaman pangan.

Biasanya buah naga dibudidaya dengan cara stek atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam atau tanah yang tidak becek, kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40 °C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11 - 17 bulan. Buah naga sangat adaptif dibudidaya di berbagai daearah dengan ketinggian di 0 –1200 meter dpl. Hal terpenting adalah mendapatkan sinar matahari yang cukup merupakan syarat pertumbuhan buah naga merah.

Masyarakat banyuwangi juga memiliki keunikan tersendiri untuk meningkatkan produktivitas buah naga. Mereka menggunakan bantuan sinar lampu saat malam hari. Hal tersebut menjadi inovasi daerah untuk para petani buah naga Banyuwangi. Dalam perkembangan bunga buah asal Meksiko tersebut membutuhkan sinar matahari selama 12 jam, sedangkan matahari dalam sehari hanya mampu memberikan sinarnya sekitar 9 sampai 10 jam. Dari hal itulah masyarkat banyuwangi  memakai bantuan sinar lampu, untuk meningkatkan perkembangan bunga.
Siang Hari: Bola lampu ditaruh pada kawat yang mengikat dua pohon perambat buah naga.

Menggunakan lampu 5 sampai 15 watt-an yang berwarna kuning para petani menyinari pohon buah naga. Kawat- kawat diikatkan pada setiap pohon rambatan buah naga, sehingga menghubungkan satu pohon dengan pohon yang lain. Lalu bola lampu ditaruh diantara dua pohon buah naga. Satu buah bola mampu dapat menyinari dua buah pohon buah naga. Sekitar pukul 18.00 WIB saat sinar matahari sudah terbenam, bola- bola lampu mulai dinyalakan. Kondisi desa yang biasanya sepi menjadi terkesan ramai oleh nyala lampu-lampu buah naga.

Dari menggunakan teknologi sederhana seperti sinar lampu, mampu meningkatkan produktivitas buah naga di Banyuwangi. Terbukti produksi buah naga di Banyuwangi menunjukkan peningkatan yang pesat. Tahun 2014 mencapai 28.819 ton dengan luas lahan 1.152 hektar meningkat dibanding tahun 2013 yang hanya 16.631 ton dengan luas lahan yang hanya 678 hektar. Sementara produktivitas buah naga di Banyuwangi pada tahun 2014 sebesar 250 kw/ha, juga meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 245 kw/ha.

Dengan menggunakan bantuan sinar lampu seperti itu diharapkan dapat menjadi sebuah kabar baik untuk para petani buah naga di daerah lain, untuk meningkatkan produktivitas tanaman buah naganya. Jika hal tersebut di terapkan bisa jadi musim buah naga aka nada setiap waktu, dapat di bilang tidak ada masa musim buah naga. Karena setiap saat buah naga dapat berbuah. Kebutuhan pasar akan buah naga juga dengan mudah dapat terpenuhi. Bisa juga dengan tingginya produksi buah naga dalam negeri, buah tersebut dapat di ekspor keluar negeri sehingga dapat meningkatkan perekonomian untuk Indonesia.[]

No comments