Berlipat di Bulan Ramadhan

JEMBER, Sumbersari- Ramadan seakan menjadi semacam ‘pasar’ bagi umat muslim. Betapa tidak, di pinggir-pinggir jalan atau tepi pasar berjejal penjual aneka macam barang. Antara penjual dan apa yang dijual bisa dilihat bahwa bulan ramadan melipatkan jumlah dari keduanya. Di bulan ini hal, yang paling bisa dilihat peningkatan jumlahnya adalah jenis makanan dan minuman. Tapi tidak menutup kemungkinan barang lain juga meningkat. Namun yang menjadi titik tekan di sini adalah soal makanan dan minuman itu sendiri.
Tengok saja di pinggir-pinggir jalan, pasar, tempat keramaian, sangat berjejal penjual makanan dan minuman. Sebagai contohnya di Jalan Kalimantan, Jember, sore hari pukul empat hingga magrib pasti sangatlah sibuk dengan aktivitas jual beli para pedagang. Hingga tak bisa terelakkan jika kemacetan seringkali terjadi di sana. Suara para penjual beradu satu dengan klakson sepeda motor atau mobil. Tak peduli dengan polusi karena asap kendaraan, aroma semerbak dari setiap jajanan seakan bertanding untuk menjadi pemenang.
Jalan tersebut memang menjanjikan keramaian akan transaksi ekonominya. Di sana merupakan daerah kampus, di mana Universitas Jember berada di jalan Kalimantan. Selain itu juga, Universitas Jember merupakan salah satu kampus yang bisa dibilang tersohor di bilangan Kabupaten Jember. Jadi tak bisa diherankan jika di lingkungannya para mahasiswa menetap atau bermukim di sana.
Mulai dari penjual es buah, es degan, es cendol, dawet, kudapan hingga kolak tersedia di sana. Dari penjual satu dengan yang lain saling berlomba untuk menghabiskan dagangannya dibeli orang. Lebih-lebih untuk mencari keuntungan yang besar. Ada penjual yang hanya duduk menunggu pembeli, tapi ada juga yang menawarkan dagangannya dengan semangat di pinggir jalan. Teriak-teriak menjajakan dengan maksud agar dagangannya dilirik orang.  Jika ingin menghabiskan apa yang dijualnya, maka penjual harus pintar-pintar untuk menarik pembeli. Jika tidak, maka hanya akan ada kerugian.
Fenomena ini memang melanda sebagian besar kalangan muslim di Indonesia. Di mana praktik jual beli menjadi meningkat. Perputaran ekonomi menjadi lebih produktif. Bulan ramadan semacam menjadi ceruk untuk mendulang keuntungan. Bulan ramadan menjadi waktu yang efektif untuk melipatgandakan keuntungan bagi mereka yang menginginkannya. Karena atmosfir bulan ramadan sama sekali berbeda dengan bulan lain.
Namun praktik seperti ini apakah menjadi refleksi bagi umat muslim khususnya? Ketika setiap hari memburu makanan dan minuman hanya untuk menghilangkan dahaga. Bagaimana dengan esensi puasa yang –menahan hawa nafsu? Apakah hanya tidak makan dan minum seharian sudah bisa dikatakan sebagai puasa? Hal ini perlu menjadi refleksi bagi umat muslim, agar dalam bulan ramadan ini tidak hanya menjadi pola “kebermakanan dan keberminuman”. Namun kebermakanan dan keberminuman itu sendiri menjadi pelajaran bahwa puasa bukan hanya soal perut.[]

1 comment:

  1. Dari dulu pengen jualan pas bulan Ramadhan g pernah kesampean. Jember jualan buka puasa yg paling ramai dimana gan?? menu makanaan khas jember apa si??
    *www.hairulachsan.com

    ReplyDelete