Wisata Alam Jember : Air Terjun Rembangan.
Beberapa menit lagi, ujarku saat
ku tatap jam Smartphone. Masih beberapa menit lagi, dan kesekian kalinya
kembali ku benamkan kepalaku pada bantal. Enggan rasanya beranjak dari kasur
kecil ini. Mimpi semalam masih memberikan jejak-jejak kesenangan bermimpi.
Terlelap untuk kesekian kalinya.
Terdengar suara percakapan para
pria-pria penghuni kosan dari balik pintu kamar. Suara itu saling bersahutan
penuh canda. Walau hampir setiap hari ku dengar tapi tak pernah merasa bosan.
Akhirnya aku beranjak dari tempat tidur, membuka pintu kamar, dan terseret
percakapan mereka.
"Yo, ki wes tangi"
ujarku menanggapi pertanyaan salahsatu pria itu.
Butuh waktu lima belas menit
untuk melakukan persiapan dan masih satu jam lagi dari waktu petemuan. Tak
banyak yang akan dibawa hanya setelan kaos putih dan celana jeans sudah cukup
untuk perjalanan hari ini. Tepatnya hari minggu (14/8) pukul 10.00 WIB, Aku dan
beberapa teman berencana pergi ke salahsatu tempat wisata jember, air terjun
tancak. Namun tak kesampaian.
Ceritanya, persiapan sudah
selesai dan aku berangkat menuju kos si Joko, salah satu teman yang akan pergi
ke air terjun. Disana kami mendiskusikan kelanjutan perjalanan. Dua dari empat
orang yang mengerti jalan dan tempat tidak bisa ikut. Akhirnya pupus sudah
tancak kembar.
"Piye lek nang air terjun
rembangan?" ujar joko memberi opsi.
"Oyi wes men, seng ngerti
dhalani sopo ?" ujarku.
"Takok wong dok kono ngko
wes" jawabnya.
Tancak rembangan, salah satu
tempat wisata air terjun yang ada di jember. Dan ini perjalanan pertama kami
kesana. Mengendarai beat biru milik joko kami mrlintasi jalan raya menuju air
terjun. Hingga sampai pos pertma perkebunan jalan yang kami tau. Di sana kami
menanyakan arah pada penjaga yang usianya sudah tak muda lagi.
"Pak jalan menuju air
terjun kearah mana ?" tanyaku.
"Oh lurus aja, nanti ada
pertigaan ke kiri lalu ke kanan" jawabnya.
"Barusan juga ada rombongan
yang ke air terjun" imbuhnya
"Terimakasihpak". Kami pun melanjutkan perjalanan.
Tak semulus yang kami kira.
Jalan berbatu yang menanjak, dengan awan hitam yang menggantun diatas menjadi
bingkai panorama perjalanan. Beberapa kali kami harus memutar balik, mencari
arah yang benar. bertanya pada salah satu pria paruhbaya yang sedang duduk
didepan rumahnya yang mengatakan salah arah samean mas. Atau ketika bertanya
pada kedua anak kecil yang sedang asik bermain air disungai keci dan tak
mendapat jawaban. Begitu juga pasangan suami istri yang berhenti di pinggir jalan
tak luput untuk kami tanyai.
"Tidak tau mas, saya bukan
dari daerah sini" ujar pria itu.
"Kalai terus kesana ke mana
bu ?" tanyaku pada wanita yang sedang menggendong anaknya itu.
"Kearah patrang, mas "
ujarnya.
Untuk kesekian kalinya kami
putar balik. Namun setidaknya kami tau jalan keluar lain dari daerah rembangan.
Walau itu bukan tujuan awal kami.
Penanda bahan bakar sudah berada
di bawah tanda batas, dan kami masih belum mengetahui arah dan jarak air
terjun. Hanya bermodal optimistis, kami tetam melanjutkannya. Tak lama salah
satu pengendara motor yang kami hentikan memberikan jawaban yang meyakinkan.
"Lurus aja mas, ada
pertigaan ke kiri, terus itu dah ikutin jalan" ujarnya. Kami melanjutkan
pejalanan.
Jalan tanah berbatu, bekelak
kelok, menanjak dan awan hitam masih tetap menggantung. Menghiasi perjalanan.
Kami juga bertemu rombongan yang hendak ke air terjun. Mereka sedang
mengistirahatkan sepedanya, sepertinya sedang overhead.
"Nang air terjun mas?"
sapa salah satu dari mereka.
"Oyi men, dhalani iki
?" tanyaku.
"Bener mas" ujarnya.
"Gak popo sepedani mas ? Iki tek rek arek met tu bhelluk e"tambahnya.
" iki yo mambu ghosong
pisan koyok e, disek yo"balas joko.
Selama perjalanan yang dilalui,
untuk pertama kalinya kami mengetahui kepastian jarak. Sebuah papan kayu
penanda yang bertuliskan Air terjun 500 sedikit memotivasi. Sampailah kami di
sebuah pondok di tengah kebun kopi. Disan sepeda diparkir, dan dikenakan biaya
Rp 10.000, untuk satu sepeda. Dari pondok itu, kami melanjutkan dengan jalan
kaki. Masih beberapa meter lagi untuk sampai di air terjun.
Selama perjalanan kami disuguhi
pemandangan alam yang indah. Gunung, hutan yang rimbun, sungai yang jernih,
serta hamparan pohon kopi. Semerbak aroma bunga kopi yang mekar tertiup angin
memberikan sensasi yang berbeda di perjalanan ini. Terakhir dua buah pohon
dengan batang yang besar seakan menjadi gerbang menuju air terjun. Terlihat
dari kejauhan air tejun rembangan.
Banyak rombongan yang sudah
sampai. Mereka ber selfie-selfie ria, mengabadikan momen. Ada juga yang bermain
air. Air terjun rembangan, tingginya mungkin sekitar 10 meter, lebar 2 meter.
Terdapat beberapa kayu lapuk yang berdiri di sekitar air terjun, dan dinding dinding
batu yang menjadi landasan air menurutku menjadi kelebihansendiri dari air
terjun rembangan. Airnya yang bening, dingin menggambarkan kealamiannya masih
ter jaga.
Kami pun beranjak lergi setelah
puas mengambil gambar dan bermain air. Melalui jalan setapak sebelumnya kami
kembali ke pondok. Perjalanan pulang cukup cepat. Menurutku petunjuk dari
penjaga pos sudah benar hanya saja kami yang sedikit melenceng. Tapi itu bagian
cerita tersendiri dalam perjalanan menuju air terjun rembangan. Mungkin lain
kali kesana lagi.[]
No comments