Nasib Rakyat dan Sumber Daya Alam Dikorbankan Demi Tambang
Kabupaten Banyuwangi,
dibawah pimpinan Abdullah Azwar Anas sebagai
bupati kini mengalami peningkatan ekonomi yang cukup pesat. Kondisi tersebut
menarik perhatian dari Kementrian Luar Negeri yang akan merencanakan
mempromosikan ke berbagai negara untuk mengembangkan diplomasi antar negara.
"Untuk
mengembangkan diplomasi ekonomi kami membutuhkan banyak input dari berbagai
daerah di Indonesia yang berpotensi untuk bisa kami promosikan. Karena itulah
kami datang kali ke Banyuwangi agar mendapat pengetahuan banyak tentang
berbagai kemajuan daerah ini," kata Direktur Sekolah Staf Dinas Luar
Negeri (Sesdilu), Kemenlu, Nana Yuliana saat bertemu Bupati Abdullah Azwar Anas
di Banyuwangi, Selasa[1].
Kemajuan perokonomian
tersebut tak lepas dari program pengembangan Pemerintah Kabupaten (pemkab)
Banyuwangi dibeberapa sektor pelestarian budaya lewat festival daerah dan juga
perawatan serta pengembangan tempat wisata. Salah satu tempat wisata yang
dijadikan icon adalah Pantai Pulau Merah, terdapat di bagian selatan wilayah
Banyuwangi tepatnya di Kecamatan Pesanggaran. Promosi besar-besaran Pulau Merah
dilakukan dengan diadakannya Kompetisi Surfing yang di ikuti oleh 20 negara
bertempat dipantai tersebut. Negara – Negara yang ikut serta dalam kompetisi
tersebut seperti dari Venezuela, Swiss, Jerman,
Amerika Serikat, Korea, Hungaria, Perancis, Thailand, dan Indonesia[2].
Namun di tengah
perkembangan perekonomian Banyuwangi yang cukup gemilang, munculah ancaman dari
sisi investor yang masuk. Banyuwangi yang menawarkan tempat wisata alami
seperti pantai, terancam dengan datangnya investor yang bergerak dibidang
pertambangan. Dapat dilihat secara jelas, mau legal atau illegal, mau benar
atau tidak benar prosedurnya proses pertambangan tetap saja merusak kondisi dan
kestabilan lingkungan atau sumber daya alam. Hal tersebut mengancam kondisi
Gunung Tumpang Pitu, merupakan salah satu gunung yang secara geografis letaknya
satu wilayah dengan Pantai Pulau Merah.
Apabila proses
penambangan emas tersebut tetap dilakukan maka sumber mata pencaharian
masyarakat sekitar pegunungan Tumpang Pitu yang umumnya adalah petani dan
nelayan pastinya akan terganngu. Limbah dari proses penambangan emas seperti
merkuri atau raksa pastinya akan mengalir kea rah laut, yang memang jarak
antara tempat penambangan yang dekat dengan laut. Kondisi pegunungan yang
datarannya lebih tinggi dari laut pastinya akan mengalirkan limbah pertambangan
ke laut.
Ekosistem pantai akan
rusak tercemar oleh limbah tambang, lalu masyarakat sekitar yang bekarja
sebagai nelayan pastinya akan merugi. Penurunan hasil tangkapan pastinya,
karena banyak ikan yang pindah tempat atau mati karena limbah. Dalam sekala
besar, pastinya pasokkan ikan yang ada dibanyuwangi juga akan menurun, karena
di wilayah pegunungan Tumpang Pitu juga ada Tempat Pelelangan Ikan Pancer, yang
juga menjadi pemasok kebutuhan Kabupaten Banyuwangi akan Ikan.
Selain itu, aktivitas
pertambangan juga akan mempengaruhi pertanian di wilayah tersebut. Banyuwangi
yang belakangan ini (tahun 2016) cukup mengalami curah hujan yang tinggi, juga
memperjelas bahwa penambangan merugikan pertanian setempat. Proses kontuksi
dari pertambangan menghasilkan lumpur yang hanyut dibawa air hujan ke lahan
pertanian warga serta masuk kewilayah tempat wisata Pulau Merah. Pantai Pulau
Merah yang awalnya memiliki corak laut biru jernih serta pasir putih yang
bersih, menjadi berwarna keruh kotor. Lumpur membanjiri lahan pertanian warga dan
pesisir Pantai Pulau Merah. Sehingga wisatawan merasa tak nyaman untuk
berwisata.
Dari awal masyarakat
lokal memang sudah menolak proses penambangan di Gunung Tumpang pitu. Namun
pemerintah tetap memberikan ijin secara legal atas aktivitas tambang yang dilakukan
oleh PT Bumi Suksesindo (PT BSI). Meskipun dampak negatif dari aktivitas
penambangan sudah jelas terjadi. Bahkan
dari kejadian masuknya lumpur ke lahan pertanian warga dan tempat wisata,
pemkab Banyuwangi hanya memberikan sikap teguran saja. Terlihat disini apa yang
dilakukan pemkab hanya cara untuk menenangkan warga yang menolak tambang.
Padahal dalam segi proses, aktivitas pertambangan tetap saja berjalan.
“Kami
menolak tambang emas dan meminta agar pemerintah kabupaten Banyuwangi segera
menutup PT BSI karena merugikan kami,” ucap Budiawan, salah satu petani yang
ikut aksi. Dia menjelaskan bahwa aksi tersebut dilakukan agar pemerintah
Kabupaten Banyuwangi memperhatikan kondisi masyarakat yang dia di sekitar
Tumpang Pitu yang terdampak dengan pembangunan perusahaan tambang emas. Menurut
dia, salah satu dampak yang terasa adalah ditimbunnya Sungai katak, salah satu
sungai alam yang menampung air hujan dan menjadi sumber mata air petani[3].
Meskipun telah terjadi
pencemaran laut, lahan pertanian, kerusakan tempat wisata, dan penolakan
masyarakat, pemkab Banyuwangi terkesan meremehkan kelestarian lingkunagn dan
suara rakyatnya sendiri. Ijin tambang yang diberikan kepada PT BSI tetap
dilanjutkan, bahkan proses penambangan yang awalnya hanya pada tahap kontruksi
kini akan masuk ke tahap produksi. "Seluruh infrastruktur sudah rampung.
Dan kita segera memasuki masa produksi," ucap Bambang Wijonarko selaku
Senior Manager External Affair PT BSI[4].
Dari sini dimanakah
letak demokrasi yang sesungguhnya, dimanakah jaminan kesejahtraan rakyat yang
sesungguhnya, dan dimanakah tempat rakyat untuk mengadu akan nasibnya jika
pihak yang seharusnya menjamin kesejahtraan dan menjadi tempat pengaduan justru
menindas meraka secara legal. Keputusan - keputusan dan ketetapan yang
dilindungi negara dibuat dengan klaim menyejahtrakan masyarakat, padahal
masyarakat justru menderita dan dirugikan akan hal tersebut. Ini penindansan
kepada rakyat yang dilakukan secara legal dan ini sungguh berbahaya jika negara
hanya diam.[]
Sumber:
[1]http://www.antaranews.com/berita/524629/kemenlu-tertarik-kemajuan-ekonomi-banyuwangi
[2]http://travel.kompas.com/read/2015/09/25/092454627/Kompetisi.Surfing.di.Pulau.Merah.Banyuwangi.Diikuti.20.Negara
[3]https://www.jatam.org/empat-orang-warga-banyuwangi-kritis-akibat-tolak-tambang-emas-pt-bsi/
[4] http://warta.in/tambang-emas-banyuwangi-siap-produksi/
Nb: Tulisan ini pertama kali dimuat di wartahijau.com
No comments